Entri Populer

Minggu, 23 Maret 2014

floque perkamen 1


Prolog By Amanda,
Part One : Introducing
Namaku Amanda. Saat ini aku baru saja lulus dari bangku sekolah menengah pertama, dan akan melanjutkan ke jenjang sekolah menengah atas. aku mempunyai dua orang kaka bernama Edgar dan juga Jane. Aku juga mempunyai kembaran laki-laki bernama Dave, bukan kembar secara biologis sih, kita berbeda ayah dan juga ibu, namun aku senang menyebutnya kembaranku. Karena selain usianya hanya terpaut 3 bulan dariku dia juga mempunyai wajah yang cukup cantik sebagai laki-laki. Kulitnya putih bersih dengan rambut hitam yang di spice up ke atas bagian depannya serta bulumata yang lentik untuk ukuran seorang laki-laki dan juga bibir berwarna merah muda.
Dave sudah tinggal bersamaku sejak ayahnya meninggal tiga tahun lalu, karena dalam surat wasiat ayahnya memerintahkan agar Dave diasuh oleh kedua orang tuaku. Aku sih senang-senang saja karena dari kecil memang kami sudah dekat, sangat dekat malah.
Sekarang aku dan Dave sedang bersiap-siap menuju ke sekolah dimana kita akan melanjutkan ke jenjang high school. Sekolah kami bernama JIS (Jubilee International School), sebenarnya Dave kurang setuju kalau kita bersekolah di sekolah tersebut, karena dia ingin bersekolah di SMAN 13. Namun setelah melewati proses yang cukup alot, dia pun menyetujuinya.
Sebenarnya aku masuk Jubilee bukan semata-mata karena itu sekolah International, tapi karena ada pria yang aku sukai di sekolah itu. Ketika aku duduk di bangku SMP aku juga bersekolah di sekolah yang sama, jadi aku bisa bertemu dengan anak-anak SMA yang notabene masih di bawah naungan yayasan yang sama hanya saja berbeda gedung.
Namanya Morgan, Morgan Vasquez. half latino yah walaupun lebih dominan darah indonesianya di banding darah latinnya namun tetap saja dimataku dia pria tertampan di seantero Jubilee School. Berlebihan mungkin. Tapi kalau orang jatuh cinta mungkin akan berfikiran seperti aku.
“Amanda, kamu sudah siap?” tanya Dave yang sekarang sudah berdiri didepanku dengan tas ransel di punggunya.
“Oh, iya Dave, sudah kok,” jawabku ketika tersadar dari lamunan tadi.
“Yasudah ayo kita berangkat,” katanya sambil menarik salah satu tanganku. “Pak Pur sudah menunggu di mobil,” lanjutnya.
Aku pun bangun dan berjalan di samping Dave. “Dave kamu nggak papa kan kalau kita sekolah di Jubilee?” tanyaku.
Kami masuk mobil. Setelah pintu di tutup Dave menghela nafas sebentar lalu menjawab pertanyaanku. “Ehm gak apa-apa kok Nda, yah walaupun aku ingin masuk di SMAN 13 tapi aku gak ingin kita pisah sekolah, karena aku takut kalau aku tidak akan punya teman,” pungkasnya.
“Jalan pak!” perintahku pada pak pur. “Ih kamu itu alesannya aneh banget sih, tapi yasudahlah kita kan kembar jadi kalau kita terpisah nanti kita punya cerita yang berjudul ‘saudara kembar yang terpisah’ “ lanjutku.
“Hahaha kamu itu bisa aja sih Nda, kita tetep kembar kok, walaupun beda ayah dan ibu,hehehe” jawabnya dengan senyum tersungging.
“Yayaya, kita akan selalu jadi saudara kembar sampai kapanpun,” kataku yang dibalas anggukan oleh Dave. Selanjutnya dia asik dengan smartphonenya itu.
Aku pun mengeluarkan IPhone milikku dan membalas pesan masuk dari Thomas, cowok yang aku tahu mencintaiku namun aku tidak bisa mencintainya karena giginya gingsul. Mungkin bagi sebagian orang gigi gingsul itu menambah kesan manis kepada si empunya gigi, namun bagiku gigi gingsul itu benar-benar mengerikan. kalau ada yang bertanya aku itu phobia apa, aku akan langsung menjawab aku phobia terhadap orang yang mempunyai gigi gingsul. Aneh memang. Tapi mau gimana lagi, aku memang tidak suka.
Setelah membalas sms tak penting itu aku melirik kea rah Dave yang ternyata sedang asik membaca artikel. “Baca apa Dave?” tanyaku.
“Gay storie,” jawabnya singkat. Akupun hanya mengangguk-anggukkan kepalaku. Oh ya aku lupa memberitahu kalian kalau Dave itu Gay. Akusih tidak masalah mau dia Gay kek atau straight yang jelas dimataku dia kan selalu menjadi kembaran yang sangat kusayangi. Lagian kenapa harus pusing dengan orientasi seseorang kalau orang tersebut nyaman-nyaman saja. Jadi menurutku Gay it’s oke.
“Oh ya Nda, hari ini kita belum masuk tahap MOPDB kan?” tanya Dave sambil menatapku.
“Eh kayaknya sih nggak Dave, palingan hanya penyuluhan saja dan pembahasan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan MOPDB,” Jawabku.
“Oh gitu syukur deh. Soalnya aku nati siang mau pergi,” katanya.
“Pergi kemana?” tanyaku. “Ke Grand Indonesia, aku mau nyobain 4DX Cinema, kata Jeremy sih menyenangkan. karena kita akan di beri suasana lebih dari sekedar menonton biasa,” katanya dengan nada bersemangat.
“Lebih dari sekedar menonton biasa?” kataku sambil mengernyitkan dahiku.
“Iya. Jadi tempat duduknya itu bisa bergerak, terus kalau dalam film itu ada scene hujan atau airnya maka kita akan basah, dan juga ada aroma yang bisa tercium, misalkan dalam film tersebut ada yang kentut maka kita bisa mencium bau kentut tersebut,hahaha” lanjutnya sambil terkekeh.
“Ya ampun aneh banget sih, aku sih males banget kalau harus nyium bau busuk kentut,” jawabku dengan nada mengejek.
“Yeehhh seru kali, kita jadi benar-benar merasa kalau kita ikut bermain dalam film tersebut,” katanya.
“Yayaya, terserahlah kamu mau bilang apa, yang jelas aku males kalau disuruh ikut. Lebih baik aku tidur saja,” lanjutku.
“Yeeee siapa juga yang mau ngajak kamu? Orang aku mau pergi sama…..” dia tidak melanjutkan kata-katanya.
“Sama siapa?” tanyaku penuh selidik.
“Ehm nanti juga kamu tau kok, dia nanti mau jemput aku di rumah,hehehe” jawabnya dengan nada yang dia buat biasa-biasa saja.
“Owh,” jawabku singkat padahal aku masih penasaran siapa sih orang yang bakal ngajak kembaranku nonton bareng.
Ternyata kita sudah sampai di depan sekolah. Bangunan sekolah kami terdiri dari delapan lantai dan tiga buah gedung. Yaitu gedung SD,SMP dan SMA. kebetulan Gedung SMA terletak di bagian paling barat dan mengahadap ke timur. Setelah mesin mobil mati, kita berdua turun dari mobil dan berdiri di depan jalan menuju aula gedung SMA.
“Pak nanti aku telfon kalau kami sudah pulang yah!” kata Dave pada pak Pur.
“Baik den,” jawab Pak pur lalu dia masuk ke mobil dan melajukannya keluar sekolah.
“Ayo masuk!” ajakku sambil menggandeng salah satu tangan Dave. Kami pun berjalan menuju aula tersebut.
“Kita duduk dimana?” tanya Dave sambil melepaskan gandengan tangan kami.
“Ehm disitu tuh,” kataku sambil menunjuk tempat duduk yang berada di barisan nomer tiga bagian tengah.
“Yaudah, yuk!” ajaknya, lalu kita duduk. Setelah menunggu selama kurang lebih setengah jam akhirnya pak asisten direktur bidang akademik pun datang.
Dia memberitahu kami tentang profil SMA JIS yang sebenarnya aku sudah tahu luar dalam. Bagaimana tidak? Aku sekolah disini sudah Sembilan tahun dan sekarang masih harus bertahan hingga tiga tahun kedepan. Kalau kalian bertanya apakah aku bosan? Mungkin jawabannya iya. Namun kembali ke tujuan utamaku untuk melanjutkan kembali bersekolah disini yaitu ingin lebih mengenal kak Morgan.
Lain halnya dengan Dave, dia menghabiskan bangku sekolah dasarnya di Lab School, dan baru masuk JIS waktu SMP. Ternyata bapak asisten direktur itu bernama bapak Yohanes. Dia masih menjelaskan tentang ini-itu. Namun aku malas mendengarkannya. Kulihat Dave pun juga asik dengan smartphonenya. Jadi yasudahlah lebih baik aku pasang headset.
Acara penyuluhan pun akhirnya selesai dan kita semua keluar aula tersebut secara bersamaan. Di tangan kami terdapat buku panduan MOPDB beserta susunan acara yang benar-benar seabrek, membacanya saja aku sudah ingin muntah, tapi mau gimana lagi. Masa aku harus menyerah sih. Tidak lah yauu, katakan tidak pada korupsi eh salah maksudnya menyerah.
“Nda, tuh pak pur sudah datang, ayo kita pulang!” ajak Dave sambil menarik tanganku. Namun tiba-tiba tubuhku mematung ketika melihat kak Morgan sedang berjalan bersama teman-temannya. Aku merasa seperti waktu berhenti berjalan ketika melihat dirinya yang begitu sempurna. Rambut spike, alis tebal, bibir merah ranum dan juga senyum yang meanawan itu semua membuatnya terlihat begitu sempurna.
“Ayo Amanda kita pu…. Ya ampun pasti kamu ngeliatin kak Morgan yah?” tanya Dave ketika dia sadar aku sedang menatapnya, namun aku tidak menjawab malah terus asik memandangi tubuh indahnya serta paras rupawan yang dia miliki.
“Kak Morgan,” panggil Dave. Ketika kak Morgan menoleh ke arah kami Dave melambaikan tangannya, tanda kalau dia meminta Morgan mendekat kepadanya.
Dalam hati aku bertanya maksud Dave apa sih? Oke aku memang sedikit suka eh ralat suka sekali ketika harus berdekatan dengan kak Morgan, namun disisi lain pasti aku akan terlihat bodoh dan tolol ketika berdekatan dengannya.
“Eh Dave, kamu masuk ke sini lagi?” tanya kak Morgan dengan suara khas yang dia miliki. Ingin rasanya aku menjadikan suaranya sebagai ringtone Iphone ku hanya saja aku belum sempat merekam suara indahnya itu.
“Iya Kak,” jawab Dave singkat. “Dan kamu Amanda kan?” tanya kak Morgan kepadaku yang sontak membuat aku tercekat, tiba-tiba saja aku terserang sindrom bisu mendadak tingkat akut. Aku hanya bisa mentap mata indahnya namun tidak menjawab pertanyaannya.
Tiba-tiba Dave menyambar tanganku dan menautkannya di tangan kak Morgan. Ya tuhan, tekstur tangannya itu benar-benar membuatku ingin terus memegangnya. Hingga lamunanku buyar ketika tangan kak Morgan yang lain melambai-lambai di depan mataku.
“Oh i-iya kak,” jawabku singkat. Namun aku sadar kalau tangan kami masih bertaut. Cepat-cepat aku melepaskan dengan rasa sesal dalam hati.
“Kamu itu lucu yah,” kata kak Morgan yang membuat hatiku semakin berdesir.
“Lucu? Lucu darimananya kak? Amanda itu katro, liat aja tuh diajak kenalan bukannya nyahut malah bisu,” lanjut Dave yang membuat aku sedikit kesal.
“Hahaha mungkin Amanda syok karena dia baru saja melihat orang paling ganteng kaya aku ini,hehe” tuh kan lihat! Kak Morgan kamu itu bener-bener bikin geregetan.
“Yee enak saja kamu Dave, aku cuman…mmmm.. never mind!” potongku cepat.
“Yasudah kalau gitu, aku pergi kesana dulu yah,”pamit kak Morgan sambil menunjuk ke arah teman-temannya. “Iya kak, hati-hati,” jawab kami serempak, lalu kami masuk mobil.
“Dave, maksud kamu apa sih?” tanyaku ketika kami sudah di mobil.
“Maksud apaan sih Nda, aku nggak ngerti deh,” jawab Dave.
“Lah itu, kamu ngapain nyuruh kak Morgan buat ndeketin kita?” tanyaku dengan nada yang kubuat kesal.
“Lah, bagus donk. Malah justru kamu harus berterima kasih sama aku. Ini malah jutek gitu, kamu sebenarnya senang kan kenalan langsung sama kak Morgan?” lanjut Dave.
“Memang sih, tapi…” “Halah sudahlah, bilang aja kamu bahagia, dan karena terlalu bahagia makanya kamu di serang kehampaan suara,” potong Dave.
“Kehampaan suara?” tanyaku. “Iya, kehampaan suara a.k.a Bisu,” jawabnya singkat.
“Ya ampun kamu itu lebay deh,” jawabku sambil membuang muka kea rah jendela.
“Yeee itu namanya Vickybulary, dan sekarang lagi booming tau,” sahut Dave.
“Apaan lagi tuh Vickyulary, aneh banget deh,” kataku sambil mengernyitkan dahi.
“Kamu itu kudet banget deh, makanya nonton! update donk dengan mi sedap cup baru,hahaha” katanya sambil terkekeh.
“Whatever….. lagian nggak penting juga ngurusin kaya begituan,” jawabku sambil memutar bola mata.
“Penting tau jadi kamu kan bisa….” “Stop that! Aku mau dengerin lagu aja, daripada dengerin ocehanmu yang nggak guna itu,” kataku lalu memasang headset di telingaku dan bersandar di sandaran kursi mobil kami.
Dave hanya memonyongkan bibirnya sambil berkumat-kamit tak jelas. Dalam hati aku berkata, terkadang Dave memang sangat menyebalkan, menjejaliku dengan hal-hal tak berguna seperti tadi. Akupun memejamkan mataku sambil menikmati iringan lagu dari Rachel Berry – To love you more.
Aku memicingkan kedua mataku ketika Dave membangunkanku. “Bangun Nda. Kita sudah sampai,” katanya sambil menggoyang-goyangkan badanku. Dengan malas aku bangun dan turun dari mobil, dan berjalan masuk rumah.
“Haaaahhhh…” desahku ketika tubuhku berhasil mendarat di kasurku tercinta. Akupun langsung memejamkan mataku tanpa mengganti pakaianku terlebih dahulu.
Aku terbangun dan duduk dipinggiran tempat tidur dan mengucek kedua mataku. Kulihat ke arah jam dinding ternyata waktu menunjukan sudah jam lima sore. Akupun keluar kamar karena perutku terasa lapar.
Karena tidak selera dengan menu masakan yang di buat hari ini oleh mbok Dar, maka aku memutuskan untuk memasak mi instan. Setelah selesai aku membawa mangkuk yang berisi mi instan tersebut ke ruang tengah sambil menonoton film hunger games yang tayang di HBO channel. Ketika sedang asik menikmati mi rebus kesukaanu ku dengar suara mobil memasuki halaman rumah kami.
Siapa sih yang datang? Gumamku dalam hati. Namun karena penasaran aku berjalan ke depan rumah. Dan ternyata itu adalah Dave dan… oh my dear santa maria, apakah itu benar Steffano? Kalau iya berarti Dave benar-benar beruntung. Aku tau dari dulu Dave sudah mencintai pentolan dari group band sekolah kami. Bahkan dia rela berdiri berjam-jam demi melihat penampilan Steffano dan teman-temannya. Tapi sekarang. Aku melihat dengan mata kepalaku kalau Dave dan Steffano kencan. Benar-benar membuatku iri.
Kulihat Dave melambaikan tangannya pada Steffano, kemudian mobilnya melaju keluar rumah kami. Dave tersenyum bahagia hingga akhirnya dia tersadar kalau aku berdiri di depan pintu.
“Oh jadi dia toh yang ngajak kamu kencan?” tanyaku pada Dave.
Dia tersenyum simpul “Iya Nda. Aku dan dia abis nonton bareng,hehehe”
“Bagus deh kalo gitu. Kayaknya cintamu bakalan bersambut,” kataku sambil berjalan masuk rumah. Dave mengekor di belakangku.
“Iya Nda. Aku harap kita bisa jadian. Walaupun aku masih ragu juga,” katanya sambil duduk di sofa.
“Yah mudah-mudahan saja harapan kamu bisa jadi kenyataan. Nggak kaya cintaku ke kak Morgan yang bagai pungguk merindukan bulan,” kataku dengan nada melas.
Dave memegang kedua pipiku. “Amanda, listen to me! Percaya deh kalau kamu nanti bakalan dapet cowok yang kamu cintai. Tapi kalau kamu suka sama kak Morgan kenapa gak bilang langsung sama dia?” tanya Dave.
“Aku takut Dave. Aku takut kalau nanti aku di tolak. Kamu kan juga pasti merasakan hal yang sama kan pada Steffano. Kamu cinta dia tapi kamu nggak berani menyatakannya?” lanjutku.
“Iya juga sih. Yasudahlah kita lebih baik nonton film saja,” katanya sambil mengalihkan pandangannya ke LCD TV kami dan menikmati film tadi.
Kita berdua asik menikmati film hingga film itu habis. Kutolehkan kepalaku ke arah Dave. Ternyata dia sudah tertidur pulas dengan bersandar pada bagian sandaran sofa kami. Akupun tidak mau mengganggu tidurnya, maka dari itu aku memutuskan untuk ke dapur dan menaruh mangkuk kotor bekas mi rebus yang aku makan.
Aku berjalan gontai menuju kamar untuk membaca lagi barang-barang yang harus di bawa untuk MOPDB besok. Oh ya kalian tahu tidak di sekolahku ini tidak pernah mengadakan MOPDB di gedung sekolah, melainkan di vila yang di miliki oleh kami yaitu di daerah bogor kalo gak salah namanya ci..cii apalah aku lupa, yang jelas bukan cinta laura yah, apalagi cinta kuya…eeuuhh Gross!
Aku mempersiapkan semuanya mulai dari baju, underwear, sweater, sarung tangan, kaos kaki, senter, dan segala macam perbekalan. Dan satu lagi aku harus mempersiapkan hal-hal yang membuatku frustasi memikirkannya seperti tauge,kol jadi satu, baby chicken, bumbu neraka, tepung kriting, ikan teri yang kepalanya noleh ke sebelah kiri, dan masih banyak lagi yang membuatku frustasi. Membacanya saja aku tidak tahu maksudnya apa, aaarrgghhhhh.
Tok..tok..tok.. terdengar pintu kamarku di ketok. “Siapa?” tanyaku. “Dave,” jawabnya.
“Oh Dave, masuk!” perintahku dan tak lama pintu terbuka kemudian sosok Dave menampakan dirinya.
“Ada apa Dave?” tanyaku. “Oh nggak cuman pengen tau aja kamu lagi apa?” tanya Dave, lalu duduk di pinggiran tempat tidurku.
“Ini nih aku lagi baca-baca buku panduan MOPDB dan kamu tahu nggak, aku langsung di buat pusing sama tetek bengek yang harus kita bawa,hhhaaddeehhh,” jawabku sambil menggerutu.
“Masa sih Nda? Coba aku lihat!” kata Dave sambil mengambil buku panduan itu dari pangkuanku.
“Iya yah ribet banget. Yaudah nanti malam kita belanja bahan-bahan yang harus kita bawa di pasar, karena kalau kita ke super market pasti bakalan susah ngedapetin barang-barang ini,” saran Dave.
“Oh gitu, yasudah deh kalo gitu,” kataku sambil mengangguk-angguk.
“Yaudah sekarang kamu mandi gih! Aku juga mau mandi soalnya,hehehe” perintah Dave, lalu dia berjalan menuju pintu kamarku kemudian menghilang di balik pintunya.
Akupun langsung bersiap-siap mandi. Karena setelah ini kami akan berbelanja ria. Dan aku yakin pasti kali ini bukan belanja yang mengasikan, karena kita belanja bukan di mall tapi di pasar. Catet yah di PASAR, eewwww.
-TBC to Perkamen Two-